Senin, 30 Maret 2009

”Earth Hour”


Selalu ada kisah di balik panggung. Kisah-kisah yang bermuara pada kesuksesan sebuah pesta. ”Saya belum puas,” kata Lidwina Marcella, relawan program ”Earth Hour”—satu jam tanpa penerangan listrik yang akan dilakukan di Jakarta, Sabtu (28/3) pada pukul 20.30-21.30.

Mahasiswi London School of Public Relations (LSPR) itu mengomandani puluhan temannya dalam Climate Change Champion Club LSPR, menyosialisasikan program yang digalang WWF-Indonesia. Konsumsi listrik turut mengemisikan karbon dioksida, unsur utama pembentuk gas rumah kaca penyebab perubahan iklim.

Namanya relawan, tanpa dibayar. Yang ada malah pengeluaran, seperti para mahasiswa LSPR itu. Setidaknya, dana Rp 3 juta dari kampus disiapkan bagi kampanye. Hasilnya, pengelola kawasan Sudirman Park, lokasi kampus LSPR Jakarta, mau mengadopsi program setelah paparan Lidwina dan kawan-kawan.

Sepekan penuh, mereka secara bergiliran menjaga stan kampanye di kawasan Sudirman Park; menggalang dukungan sekaligus rela menerima penolakan. Satu per satu, 2.310 fotokopian brosur disebarkan, termasuk menyelipkannya di pintu kamar apartemen.

Hasilnya, sejumlah penyewa lahan siap bergabung. Begitu pun sejumlah penghuni. ”Ada juga yang menolak. Tidak apa-apa,” katanya yang bersama teman-temannya sempat berkunjung ke almamater SMA masing-masing.

Relawan lain adalah Galih Aristo (28), art director sebuah studio kreatif. Tak cukup menggalang long march dukungan di jalan-jalan utama di Jakarta, bersama satu rekannya, Rabu lalu, ia menyusuri Jalan Sudirman.

Satu per satu, gedung-gedung perkantoran di kanan-kiri pusat niaga Jakarta mereka datangi. Ribuan lembar poster dukungan mereka bagikan ke pengelola gedung. ”Kami susuri dari pukul sembilan pagi hingga lima sore,” kata penggiat Energy Troops itu.

Read more...

Kamis, 26 Maret 2009

Pemanasan global


Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Dampak pemanasan global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Read more...

Jepang Kerahkan Rudal Penghadang Roket Korut


Departemen Pertahanan Jepang memerintahkan pengerahan rudal penghadang untuk melindungi wilayahnya dari kemungkinan jatuhnya puing-puing peluncuran roket Korea Utara.

Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada mengeluarkan perintah, Jumat (27/3), untuk mengerahkan rudal yang bisa diluncurkan dari daratan ke udara dan dari laut ke udara di wilayah utara Jepang.

Korut mengumumkan akan meluncurkan satelit komunikasi pada 4-8 April. Wilayah Akita dan Iwate di Jepang utara kemungkinan terkena puing-puing satelit yang diluncurkan dengan roket. Pihak AS dan Barat mencurigai peluncuran satelit Korut itu juga untuk ujicoba rudal. Karena, teknologi peluncuran satelit tidak berbeda jauh dengan peluncuran rudal.

Read more...

Chelsea Mencari Bintang Asia


Chelsea punya kebijakan baru. Mereka akan memanfaatkan bintang Asia, atau punya keturunan Asia. Maka, The Blues akan mencoba merekrut para bakat Asia.

Rencananya, pada Mei nanti Chelsea akan membuka percobaan buat para pemain keturunan Asia. Mereka akan diuji selama tiga hari. Yang lolos akan masuk akademi Chelsea. Yang diberi kesempatan ikut ters adala anak-anak berumur 12 sampai 14 tahunan.

Di daerah Inggris Timur terdapat banyak komunitas Asia. Mereka rata-rata keturunan India, Sri Lanka, atay Bangladesh. Mereka nantinya diberi kesempatan mendaftar.

Para pemain yang dinilai berbakat akan diberi kesempatan untuk ikut latihan selama tiga hari. Jika memberi prospek, mereka akan dimasukkan ke dalam akademi sepak bola Chelsea. Chelsea saat ini sudah memiliki dua bakat muda keturunan Asia.

Dalam tes itu, Chelsea mengundang manajer, pelatih, dan pemandu bakat dari beberapa klub. Tugas mereka memilih pemain-pemain yang berbakat.

Ke depan, Chelsea juga tak akan menutup diri terhadap bintang dari Asia. Ini bagian dari strategi pasar Chelsea yang ingin membidik Asia

Read more...

Rabu, 25 Maret 2009

Ibu Tinggalkan Bayinya di Pesawat, Terancam 7 Tahun Penjara

menuju Selandia Baru pekan lalu.

Inspektur detektif Mark Gutry seperti dikutip Associated Press, Rabu (25/3/2009) mengatakan, wanita warga Samoan itu menghadapi ancaman 7 tahun penjara dalam kasus ini. Selain itu dia didakwa tidak menginformasikan kehamilannya kepada petugas pesawat.

Petugas kebersihan menemukan bayi kantung sampah di toilet di pesawat Pacific Blue yang terbang dari Samoa Auckland. Bayi itu ditemukan masih bersimbah darah terbungkus kertas Koran.

Tak lama kemudian bayi itu dipertemukan dengan sang ibu. Namun dinas sosial setempat belum memutuskan nasib bayi itu terkait status ibunya yang masih dalam penyelidikan

Read more...

G-20 Perkembangan Ekonomi


JAKARTA - Dalam pertemuan forum G-20 isu yang nantinya akan dibahas dari masing-masing negara yakni seputar perkembangan ekonomi dunia terkini, reaksi dari ekonomi dunia hingga sikap Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi global.

"Kita juga menyampaikan kepada Presiden upaya-upaya untuk menjaga perekonomian kita dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang masih berlangsung sekarang ini," tutur Menkeu Sri Mulyani, usai bertemu Presiden SBY, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/3/2009).

Sri menambahkan, pemerintah juga terus mengupayakan adanya kerja sama dengan negara-negara lain seperti Jepang, China, dan berbagai negara untuk bisa memberikan lebih banyak pertahanan bagi perekonomian Indonesia.

"Ini untuk mengantisipasi kemungkinan lamanya krisis global, karena banyak yang mengatakan krisis ini akan berlanjut sampai 2010. Jadi berbagai upaya-upaya bilateral kita lakukan, baik itu pada tataran APBN, budget, maupun pada sisi kebijakan dan pengelolaan moneter dan neraca pembayaran," papar Menkeu.

Menkeu turut menimpali mengenai global support fund yang yang pada tingkat working group IV sudah disetujui adanya suatu dukungan tambahan dari bank-bank pembangunan regional dan bank dunia untuk menambah jumlah support kepada negara-negara berkembang.

"Income rendah dalam bentuk pinjaman-pinjaman lunak, angkanya antara USD100-120 miliar. Namanya tentu saja tidak disebut global support fund, tapi tujuannya supaya negara-negara yang mau melakukan counter cyclical dengan pembiayaan defisit anggaran melalui lembaga-lembaga tersebut," pungkasnya

Read more...

UEFA Berlakukan Pajak Transfer?

NYON - Badan Sepakbola Eropa (UEFA) rupanya masih menganggap kompetisi antara klub-klub Benua Biru belum imbang. Karenanya, UEFA tengah mempertimbangkan opsi baru untuk memberlakukan pajak kepada klub-klub yang mengucurkan dana besar pada bursa transfer pemain. Benarkah?

Faktor pemain memang menjadi salah satu kunci sukses sebuah klub. Tidak heran, banyak klub rela menggelontorkan dana fantastis untuk mendatangkan pemain kelas dunia yang diyakini bisa mendongkrak performa tim.

Tawaran mega-dana Manchester City kepada playmaker andalan AC Milan Ricardo Kaka beberapa waktu lalu menjadi bukti. Klub milik Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan itu tak segan menawarkan nilai 100 juta poundsterling guna mendatangkan peraih Ballon d'Or 2007 itu ke City of Manchester Stadium.

Contoh lain bisa mengacu kepada raksasa La Liga Real Madrid yang sudah lama mengincar winger kebanggaan Manchester United, Cristiano Ronaldo. Los Galacticos juga dikabarkan siap merogoh kocek hingga 100 juta poundsterling demi memboyong CR-7.

Namun, bagaimana dengan klub-klub yang tidak memiliki kondisi finansial seperti City atau Madrid? Kans mereka berkompetisi di liga-liga lokal ataupun ajang bergengsi seperti Liga Champions tentunya tidak sebesar Madrid, United, atau Inter Milan karena tidak memiliki materi pemain seperti ketiga klub di atas. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan UEFA.

Presiden UEFA Michel Platini memang sempat mengusulkan untuk menetapkan batas maksimal nilai transfer bagi setiap tim. Tetapi, hal itu tampaknya belum dianggap cukup oleh UEFA.

Untuk itu, UEFA tengah memikirkan usulan tambahan berupa pemberlakuan sistem pajak terhadap klub-klub yang melakukan belanja pemain besar-besaran. Jika sebuah klub melakukan belanja pemain dengan nilai lebih besar dari batasan UEFA, maka klub tersebut diwajibkan membayar pajak, demikian dilansir reuters, Rabu (25/3/2009).

Klub-klub tersebut juga harus melunasi pajak mereka sebelum bisa berlaga di ajang kompetisi seperti Liga Champions atau Piala Eropa. Dengan hasil pajak itu, UEFA berniat mendistribusikannya kepada klub-klub kecil sehingga bisa lebih bersaing dengan nama-nama besar di Benua Biru.

Usulan ini diyakini pihak UEFA akan lebih bisa diterima ketimbang opsi lain seperti pemotongan gaji pemain.

"Tidak ada solusi yang mudah. Semua rencana memiliki kelemahan, beberapa lebih buruk dari yang lain. Rencana pemotongan gaji sepertinya akan sangat sulit diatasi dalam sebuah sistem dimana kompetisi seperti Liga Champions berbenturan dengan liga lokal," jelas juru bicara UEFA, William Gaillard

Read more...

About This Blog

JOIN

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP